Saudara Tua Antara Kawan dan Lawan
Pernahkah kamu mendengar tentang “Saudara Tua” ? ya, itu salah satu rakyat
jepang yang di sebut dengan sebutan Saudara Tua oleh rakyat Indonesia. Lalu
mengapa jepang di sebut dengan Saudara Tua Indonesia? Pada awalnya jepang
dipandang dapat membebaskan dari kekuasaan Belanda. Dukungan rakyat
Indonesia itu Nampak karena perilaku jepang yang sangat membenci Belanda.
Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangan jepang ke Indonesia tidak lain
hanyalah untuk membebaskan rakyat Indonesia dari cengkraman penjajahan bangsa
barat. Jepang juga berkeinginan untuk memajukan dan menyatukan seluruh rakyat
Asia, untuk lebih meyakinkan orang-orang Indonesia jepang kembali menegaskan
bahwa Jepang tidak lain hanyalah saudara tua mereka, jadi Jepang dan Indonesia
itu sama.
Lalu
apa maksud dari Saudara Tua Antara Kawan Dan Lawan? Berbicara tentang saudara
tua biasanya saudara tua itu bukan lah lawan tapi saudara yang harus kita
hormati, tetapi Saudara Tua yang di maksud rakyat Jepang ini, hanya lah sebuah
tipuan untuk bisa menghasut rakyat Indonesia karena jepang menginginkan wilayah
Indonesia untuk di kuasai seluruh SDA(Sumber Daya Alam) karena itu yang dapat
memenuhi untuk mencukupi rakyat jepang selama peperangan masih
berjalan.
Indonesia
adalah Negara yang sangat kaya akan Sumber Daya Alamnya. Potensi kekayaan alam
yang di miliki tiada bandingnya dengan Negara lain. Kekayaan alamnya itu mulai
dari laut, darat, dan kekayaan lainnya yang terkandung di dalam bumi tidak
terhitung jumlahnya. Keramahan, senyuman khasnya saat bertemu orang luar, sikap
pedulinya dengan orang-orang sekitar, sepertinya tidak akan ditemukan di Negara
lain. Melihat kekayaan alam di Indonesia seperti melihat separuh
dunia berada didalamnya. Betapa tidak? Karena bejuta-juta pantai di
Indonesia dapat di temui, bahkan disuguhkan dengan sebuah Taman Bawah Laut
bunaken yang hampir tidak ditemukan di Negara lain yang seindah Indonesia
ini.
Maka
sebab itu jepang ingin menguasai Indonesia. Tapi bukan hanya Indonesia saja
yang ingin di kuasai oleh jepang, bahkan seluruh dunia pun ingin di kuasainya.
Karena jepang percaya bahwa ia adalah keturunan Dewa yang sebagai pemimpin dunia.
Itulah maksud jepang ingin menguasai Dunia.
Selamat Datang "Saudara Tua"
Kedatangan Jepang di Indonesia disambut dengan senang hati oleh rakyat
Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat
membebaskan dari kekuasaan Belanda. Di mana-mana terdengar ucapan
“banzai-banzai” (selamat datang-selamat datang). Sementara itu, pihak tentara
Jepang terus melakukan propaganda-propaganda untuk terus menggerakkan dukungan
rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya,
di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang bewarna Merah Putih juga boleh
dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Melalui siaran radio,
juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan murah
harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya. Simpati dan duk-ungan
rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku Jepang yang sangat membenci
Belanda. Di samping itu, diperkuat pula dengan berkembangnya kepercayaan
tentang Ramalan Jayabaya.
Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk
Membe-baskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan
membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia Jepang akan
memajukan dan meny-atukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat
Indonesia, Jepang menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara
tua”, jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya
tentang Pan-Asia, Jepang
berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama
“Gerakan Tiga A”.
Pembentukan Pemerintahan Militer
Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari
Markas Besar Tentara Jepang agar pen-duduk di daerah pendudukan dilibatkan
dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena
itu, pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk peme-rintahan militer.Di
seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi
menjadi tiga wilayah pemerintahan militer.
a.Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara
Kedua Puluh Lima
(Tomi Shudan)untuk Sumatera. Pusatnya di Bukittinggi.
b.Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara
Keenam Belas
(Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah
mili-ter ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
c.Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada
Selatan Kedua)
untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar
Pembagian administrasi semacam itu tentu juga terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkanOsamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluar-kan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut.
a.Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda
dihapuskan dan segala kekuasaan yang
dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
b.Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di
masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan
terhadap tentara pendudukan Jepang.
c.Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda
tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan
dengan aturan pemerintahan militer Jepang.
Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut
adalah sebagai berikut.
a.Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut
dengan Seiko Shikikan (panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima
tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hito-shi Imamura
b.Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang
dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal
Seizaburo Okasaki Kantor pusat
pemerintahan militer ini disebut Gunseikanbu. Di lingkungan Gunseikanbu ini
terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bulagi, sehingga
menjadi lima bu.
Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut.
1.
Somobu (Departemen Dalam Negeri).
2.
Zaimubu (Departemen Keuangan).
3.
Sangvobu (Departemen Perusahaan, Industri dan
Kerajinan Tangan) atau urusan Perekonomian.
4.
Kotsubu (Departemen Lalu Lintas).
5.
Shihobu(Departemen Kehakiman).
c.Gunseibu
(koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan
keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:.
1.Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
2.Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
3.Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.
Ditambah dua daerah istimewa
(Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta.
Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi
Militer). Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu
kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara
Jepang datang di Indonesia, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio
Tokyo.
Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan
perubahan-perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikh Sumera
(tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi. Waktu itu tarikh Masehi 1942 sama
dengan tahun 2602 Sumera. Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat Indonesia
harus merayakan Hari Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar Hirohito).
Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan denganmelarang penggunaan
bahasa Belanda dan mengharuskan penggunaan bahasa Jepang.
Pemerintahan Sipil
Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat
militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942,
pemerintahan militer berusaha meningkat-kan sistem pemerintahan, antara lain
dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan
dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi.
Dengan UU tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil.
Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu
(karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan
Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu (karesidenan), shi
(kotapraja), ken (kabupaten), Gun (kawedanan), Son (kecamatan), dan Ku
(desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu.
Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki
kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan
legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh
Cokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanboini memiliki tiga
bu (bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian
ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga
dapat membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting
sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra (otonomi). Daerah ini ini disebut
tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang
berada langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota
Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico.
Dampak
Pendudukan Jepang di Indonesia
a.Bidang Politik
Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang
penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa Jepang. Struktur
pemerintahan dibuat sesuai dengan keinginan Jepang, misalnya desa dengan Ku,
kecamatan dengan So, kawedanan dengan Gun , kotapraja dengan Syi,kabupaten
dengan Ken , dan karesidenan dengan Syu. Setiap upacara bendera dilakukan
penghormatan kearah Tokyo dengan membungkukkan badan 90 derajat yang ditujukan
pada Kaisar Jepang Tenno Heika. Seperti telah diterangkan di atas bahwa Jepang
juga membentuk pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angka-tan laut.
Angkatan darat yang meliputi Jawa-Madura berpusat di Batavia. Sementara itu di
Sumatera berpu-sat di Bukittinggi, angkatan lautnya membawahi Kalimantan,
Sulawesi,Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian, sebagai pusatnya di Ujungpandang.
Pemerintahan itu berada dibawah pimpinan Panglima Tertinggi Jepang untuk Asia
Tenggara yang berkedudukan di Dalat (Vietnam). Jepang juga membentuk organisasi-organisasi
dengan maksud sebagai alat propaganda, seperti gerakan Tiga A dan Gerakan
Putera, tetapi gerakan tersebut gagal dan dimanfaatkan oleh kaum pergerakan
sebagai wadah untuk pergerakan nasional. Tujuan utama pe-merintah Jepang adalah
menghapuskan pengaruh Barat dan menggalang masyarakat agar memihak Jepang.
Pemerintah Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang
diucapkan oleh PM Tojo da-lam kunjungannya ke Indonesia pada September 1943.
Kebijakan politik Jepang yang sangat keras itu mem-bangkitkan semangat
perjuangan rakyat Indonesia terutama kaum nasionalis untuk segera mewujudkan
cita-cita mereka, yaitu Indonesia merdeka.
b. Keadaan Sosial Budaya Dan Ekonomi
Mula-mula tenaga kerja dikerahkan dari Pulau Jawa yang Untuk membiayai Perang
Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Mereka
dikerahkan untuk membuat benteng-benteng
padat penduduknya. Kemudian di kota-kota dibentuk
barisan romusa sebagai sarana propaganda.Propaganda yang kuat itu menarik
pemuda- pemuda untuk bergabung dengan sukarela. Pengerahan tenaga kerja yang
mulanya sukarela lama-lama menjadi paksaan. Desa-desa diwajibkan untuk
menyiapkan sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan disebut dengan
Romukyokai, yang ada disetiap daerah. Para pekerja romusa itu diperlakukan
dengan kasar dan kejam. Mereka tidak dijamin kehidupannya, kesehatan dan makan
tidak diperhatikan. Banyak pekerja romusa yang jatuh sakit dan meninggal. Untuk
mengembalikan citranya, Jepang mengadakan propaganda dengan menyebut pekerja
romusa sebagai “pahlawan pekerja” atau “prajurit ekonomi”. Mereka digambarkan
sebagai sosok yang suci dalam menjalankan tugasnya. Para peker-ja romusa itu
juga dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya. Saat itu
kondisi masya-rakat menyedihkan. Bahan makanan sulit didapat akibat banyak
petani yang menjadi pekerja romusa. Gelandangan di kota- kota besar seperti
Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Semarang semakin tumbuh sumbur. Tidak jarang
mereka mati kelaparan di jalanan atau di bawah jembatan. Penyakit kudis
menjangkiti masyarakat. Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar. Barang-barang
keperluan sulit didapatkan dan semakin sedikit jumlahnya. Uang yang dikeluarkan
Jepang tidak ada jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan pakaian
sulit didapatkan, bahkan masyarakat menggunakan karung goni sebagai bahan
pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan. Semua objek vital dan
alat-alat produksi dikuasai Jepang dan diawasi sangat ketat. Pemerintah Jepang
mengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian. Perkebunan-perkebunan
diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan yang
dirusak dan diganti tanamannya untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang
menanam tebu dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani
pabrik gula adalah Meiji Seito Kaisya.
Sejarah Indonesia
Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna
bagi masyarakat luas, seperti memperbaiki jalan, saluran air, atau menanam
pohon jarak. Mereka melakukannya secara bergantian. Untuk mejalankan tugas
tersebut dengan baik, maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) untuk memo-bilisasi
massa dengan efektif. Sementara itu, komunikasi di Indonesia mengalami
kesulitan baik komunikasi antar pulau maupun komunikasi dengan dunia
luar,karena semua saluran komunikasi dikendalikan oleh Jepang. Semua nama-nama
kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia, seperti Batavia
menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk mengawasi
karya para seni-man agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah
pusat kebudayaan pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang bernama Keimun
Bunka Shidosho.
Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadi
kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah
Kolonial Belanda. Jepang seringkali ber-tindak sewenang-wenang. Seringkali
rakyat yang tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kekejaman itu
dilakukan oleh kempetai (polisi militer Jepang).
Pada masa pendudukan Jepang banyak gadis dan perempuan Indonesia yang
ditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau
disekolahkan, tetapi ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kompetai. Para
gadis dan perempuan tersebut di sekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai
wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di Solo,Semarang, Jakarta,
dan Sumatera Barat.
Makasih ya uda bantu
BalasHapussangat membantu tugas saya
BalasHapusGanbare👍💕
BalasHapusNice
BalasHapus