Senin, 01 Agustus 2016

SAUDARA TUA ANTARA KAWAN DAN LAWAN



Saudara Tua Antara Kawan dan Lawan

Pernahkah kamu mendengar tentang “Saudara Tua” ? ya, itu salah satu rakyat jepang yang di sebut dengan sebutan Saudara Tua oleh rakyat Indonesia. Lalu mengapa jepang di sebut dengan Saudara Tua Indonesia? Pada awalnya jepang dipandang dapat membebaskan dari kekuasaan Belanda.  Dukungan rakyat Indonesia itu Nampak karena perilaku jepang yang sangat membenci Belanda. Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangan jepang ke Indonesia tidak lain hanyalah untuk membebaskan rakyat Indonesia dari cengkraman penjajahan bangsa barat. Jepang juga berkeinginan untuk memajukan dan menyatukan seluruh rakyat Asia, untuk lebih meyakinkan orang-orang Indonesia jepang kembali menegaskan bahwa Jepang tidak lain hanyalah saudara tua mereka, jadi Jepang dan Indonesia itu sama.
       Lalu apa maksud dari Saudara Tua Antara Kawan Dan Lawan? Berbicara tentang saudara tua biasanya saudara tua itu bukan lah lawan tapi saudara yang harus kita hormati, tetapi Saudara Tua yang di maksud rakyat Jepang ini, hanya lah sebuah tipuan untuk bisa menghasut rakyat Indonesia karena jepang menginginkan wilayah Indonesia untuk di kuasai seluruh SDA(Sumber Daya Alam) karena itu yang dapat memenuhi untuk mencukupi rakyat jepang selama peperangan masih berjalan.  
       Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan Sumber Daya Alamnya. Potensi kekayaan alam yang di miliki tiada bandingnya dengan Negara lain. Kekayaan alamnya itu mulai dari laut, darat, dan kekayaan lainnya yang terkandung di dalam bumi tidak terhitung jumlahnya. Keramahan, senyuman khasnya saat bertemu orang luar, sikap pedulinya dengan orang-orang sekitar, sepertinya tidak akan ditemukan di Negara lain.  Melihat kekayaan alam di Indonesia  seperti melihat separuh dunia berada didalamnya.  Betapa tidak? Karena bejuta-juta pantai di Indonesia dapat di temui, bahkan disuguhkan dengan sebuah Taman Bawah Laut bunaken yang hampir tidak ditemukan  di Negara lain yang seindah Indonesia ini.
       Maka sebab itu jepang ingin menguasai Indonesia. Tapi bukan hanya Indonesia saja yang ingin di kuasai oleh jepang, bahkan seluruh dunia pun ingin di kuasainya. Karena jepang percaya bahwa ia adalah keturunan Dewa yang sebagai pemimpin dunia. Itulah maksud jepang ingin menguasai Dunia. 

Selamat Datang "Saudara Tua"

Kedatangan Jepang di Indonesia disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat membebaskan dari kekuasaan Belanda. Di mana-mana terdengar ucapan “banzai-banzai” (selamat datang-selamat datang). Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-propaganda untuk terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang bewarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya. Simpati dan duk-ungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku Jepang yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula dengan berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Jayabaya.
Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk Membe-baskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan meny-atukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang
berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.

Pembentukan Pemerintahan Militer
Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar pen-duduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena itu, pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk peme-rintahan militer.Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi
menjadi tiga wilayah pemerintahan militer.
a.Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima
(Tomi Shudan)untuk Sumatera. Pusatnya di Bukittinggi.
b.Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas
(Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah mili-ter ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
c.Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua)
untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar

Pembagian administrasi semacam itu tentu juga terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkanOsamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluar-kan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut.
a.Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan   yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
b.Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang.
c.Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang.

Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai berikut.
a.Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan (panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hito-shi Imamura
b.Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo  Okasaki Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut Gunseikanbu. Di lingkungan Gunseikanbu ini terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bulagi, sehingga menjadi lima bu.

Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut.
1.      Somobu (Departemen Dalam Negeri).
2.      Zaimubu (Departemen Keuangan).
3.      Sangvobu (Departemen Perusahaan, Industri dan Kerajinan Tangan) atau urusan Perekonomian.
4.      Kotsubu (Departemen Lalu Lintas).
5.      Shihobu(Departemen Kehakiman).

c.Gunseibu  (koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:.
1.Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
2.Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
3.Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.
Ditambah dua daerah istimewa
(Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta.

Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi Militer). Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara Jepang datang di Indonesia, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio Tokyo.

Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan perubahan-perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikh Sumera (tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi. Waktu itu tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602 Sumera. Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan denganmelarang penggunaan bahasa Belanda dan mengharuskan penggunaan bahasa Jepang.

Pemerintahan Sipil

Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkat-kan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten), Gun (kawedanan), Son (kecamatan), dan Ku (desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu.
Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanboini memiliki tiga bu (bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga dapat membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra (otonomi). Daerah ini ini disebut tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico.

Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia

a.Bidang Politik
  Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa Jepang. Struktur pemerintahan dibuat sesuai dengan keinginan Jepang, misalnya desa dengan Ku, kecamatan dengan So, kawedanan dengan Gun , kotapraja dengan Syi,kabupaten dengan Ken , dan karesidenan dengan Syu. Setiap upacara bendera dilakukan penghormatan kearah Tokyo dengan membungkukkan badan 90 derajat yang ditujukan pada Kaisar Jepang Tenno Heika. Seperti telah diterangkan di atas bahwa Jepang juga membentuk pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angka-tan laut. Angkatan darat yang meliputi Jawa-Madura berpusat di Batavia. Sementara itu di Sumatera berpu-sat di Bukittinggi, angkatan lautnya membawahi Kalimantan, Sulawesi,Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian, sebagai pusatnya di Ujungpandang. Pemerintahan itu berada dibawah pimpinan Panglima Tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalat (Vietnam). Jepang juga membentuk organisasi-organisasi dengan maksud sebagai alat propaganda, seperti gerakan Tiga A dan Gerakan Putera, tetapi gerakan tersebut gagal dan dimanfaatkan oleh kaum pergerakan sebagai wadah untuk pergerakan nasional. Tujuan utama pe-merintah Jepang adalah menghapuskan pengaruh Barat dan menggalang masyarakat agar memihak Jepang. Pemerintah Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh PM Tojo da-lam kunjungannya ke Indonesia pada September 1943. Kebijakan politik Jepang yang sangat keras itu mem-bangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia terutama kaum nasionalis untuk segera mewujudkan cita-cita mereka, yaitu Indonesia merdeka.

b. Keadaan Sosial Budaya Dan Ekonomi
Mula-mula tenaga kerja dikerahkan dari Pulau Jawa yang Untuk membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Mereka dikerahkan untuk membuat benteng-benteng
padat penduduknya. Kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa sebagai sarana propaganda.Propaganda yang kuat itu menarik pemuda- pemuda untuk bergabung dengan sukarela. Pengerahan tenaga kerja yang mulanya sukarela lama-lama menjadi paksaan. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan disebut dengan Romukyokai, yang ada disetiap daerah. Para pekerja romusa itu diperlakukan dengan kasar dan kejam. Mereka tidak dijamin kehidupannya, kesehatan dan makan tidak diperhatikan. Banyak pekerja romusa yang jatuh sakit dan meninggal. Untuk mengembalikan citranya, Jepang mengadakan propaganda dengan menyebut pekerja romusa sebagai “pahlawan pekerja” atau “prajurit ekonomi”. Mereka digambarkan sebagai sosok yang suci dalam menjalankan tugasnya. Para peker-ja romusa itu juga dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya. Saat itu kondisi masya-rakat menyedihkan. Bahan makanan sulit didapat akibat banyak petani yang menjadi pekerja romusa. Gelandangan di kota- kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Semarang semakin tumbuh sumbur. Tidak jarang mereka mati kelaparan di jalanan atau di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat. Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar. Barang-barang keperluan sulit didapatkan dan semakin sedikit jumlahnya. Uang yang dikeluarkan Jepang tidak ada jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan masyarakat menggunakan karung goni sebagai bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan. Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai Jepang dan diawasi sangat ketat. Pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian. Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti tanamannya untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani pabrik gula adalah Meiji Seito Kaisya.

Sejarah Indonesia

Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna bagi masyarakat luas, seperti memperbaiki jalan, saluran air, atau menanam pohon jarak. Mereka melakukannya secara bergantian. Untuk mejalankan tugas tersebut dengan baik, maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) untuk memo-bilisasi massa dengan efektif. Sementara itu, komunikasi di Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar pulau maupun komunikasi dengan dunia luar,karena semua saluran komunikasi dikendalikan oleh Jepang. Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk mengawasi karya para seni-man agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang bernama Keimun Bunka Shidosho.

Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali ber-tindak sewenang-wenang. Seringkali rakyat yang tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai (polisi militer Jepang).

Pada masa pendudukan Jepang banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, tetapi ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kompetai. Para gadis dan perempuan tersebut di sekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di Solo,Semarang, Jakarta, dan Sumatera Barat.


4 komentar: